Sabtu, 05 Januari 2013

Pengaruh Keluarga dan Rumah Tangga terhadap Pembelian dan Konsumsi

Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Lalu, apakah keluarga dan rumah tangga berpengaruh terhadap pembelian dan konsumsi? Tentu saja. Karena kita hidup sehari-hari, dididik dan dirawat didalam sebuah rumah tangga dan keluarga didalamnya. Dari kita bayi, sudah berada dalam sebuah keluarga. Otomatis keluarga-lah yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku kita dan seperti apa kita sekarang.

Dalam kasus pembelian dan pola konsumsi juga demikian. Misalnya, dalam keluarga kita ada tradisi membelikan hadiah kepada salah satu anggota keluarga yang berulang tahun. Dan orang yang berulang tahun wajib menyenangkan hati anggota keluarga lainnya. Biasanya apabila keluarga sebuah tradisi kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap pola pembelian dan konsumsi para anggotanya. Dengan begitu, pola pembelian dan konsumsi/konsumtif menjadi sangat signifikan.

Pengaruh Individu terhadap Pembelian dan Konsumsi

Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.

Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.

Pengaruh individu terhadap pembelian dan konsumsi dapat dilihat secara nyata. Contoh konkretnya adalah seorang teman atau musuh sekalipun dapat mempengaruhi hidup kita sekalipun dalam pola pembelian dan konsumsi. Biasanya orang di Indonesia tidak terlalu senang melihat orang lain senang, dengan kata lain tidak mau kalah. Contohnya adalah apabila ada teman/tetangga yang memiliki handphone terbaru, kita juga ingin, atau juga sebaliknya. Dengan begitu masyarakat jadi konsumtif dan sering melakukan pembelian yang terkadang tidak perlu.

Sebagai masyarakat yang mempunyai dengan berbagai keterbatasan dan ketidak-sempurnaan, tidak seharusnya kita dengan mudahnya terpengaruh seperti contoh diatas. Setiap orang telah memiliki rezekinya masing-masing. Kalau sudah begini, kembalinya ya kepada diri kita masing-masing bagaimana menyikapi individu-individu disekitar kita yang sangat beragam :)

Pengaruh Kelas Sosial dan Status terhadap Pembelian dan Konsumsi

Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.

Sedangkan status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Menurut Pitirim Sorikin mengukur status sosial seseorang dapat dilihat dari:
1. Jabatan
2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
3. Kekayaan
4. Politis
5. Keturunan
6. Agama

Seseorang dengan kelas dan status sosial yang lebih tinggi seperti pengusaha atau Pegawai Negeri tentunya memiliki barang-barang yang berbeda dengan yang dimiliki oleh karyawan lepas atau freelance. Mereka yang dengan uang memadai pastinya akan dengan mudah memenuhi kebutuhannya misalnya dengan berbelanja dipusat perbelanjaan di kota metropolitan, berbeda dengan mereka yang 'asal tercukupi' yang biasanya berbelanja di pasar tradisional dekat rumah. Dengan begitu pengaruh kelas dan status sosial terhadap pembelian dan konsumsi di masyarakat dirasa sangat signifikan.

Pengaruh Kebudayaan terhadap Pembelian dan Konsumsi

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Kemudian setelah mengetahui arti dari kata budaya dan kebudayaan itu sendiri, apakah ada pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi? Kalau ada seperti apa?

Jawabannya adalah ada. Mudah saja untuk melihat pengaruh dari kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi. Misalnya, pengaruh dari Korea yang sedang marak hingga ke seluruh penjuru dunia. Demam K-Pop dimana-mana. Dari mulai musik Indonesia menjamur banyak boyband-girlband, sampai gaya-gaya anak muda masa kini yang kebarat-baratan.

Kita sebagai mahasiswa yang hidup dizaman serba modern seperti sekarang ini tentunya tidak dapat mengelak dari kenyataan tersebut. Media elektronik dan cetak seperti televisi dan majalah/koran membantu mempengaruhi terhadap pola pembelian dan konsumsi sebagian besar orang di Indonesia. Kebudayaan orang Indonesia menjadi sangat konsumtif. Tentu kita sudah sering melihat teman yang gonta-ganti gadget.
Atau sudah banyak dari kita yang memiliki kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu dengan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai hal yang menggiurkan.

Seperti itulah kiranya pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi. Sebagai manusia yang berakal kiranya kita masih bisa untuk mengendalikan diri terhadap pola konsumtif kita.